Kamis, 22 September 2011

Debut pertama main film, ADAM JADI DALANG GLOBAL WARMING

Adegan Adam saat marah-marah terhadap pengendara motor

Adegan Adam dan Nada saat bersepeda di atas jembatan
Selama ini, Adam Gifari dikenal publik sebagai da’i dan dalang cilik yang memiliki jam manggung cukup padat. Tidak hanya di Soloraya, tetapi juga kota-kota besar lainnya. Tidak heran, jika masyarakat telah begitu familier dengan nama Adam. Di usia 12 tahun, putra pasangan raja dangdut, Rhoma Irama dan Gita Andini Saputri ini terus mengasah bakat dan kemampuannya. Inovasi dan kreativitas menjadi dua kata kunci yang mewarnai perjalanan karir Adam dalam melestarikan kesenian Jawa ini. Berbagai profesi dan peran telah dirambah oleh siswa kelas 6 SD Al Firdaus ini, mulai dari dalang wayang kulit, wayang beber, ketoprak, guyon maton, main gamelan, hingga menjadi penceramah agama dengan balutan budaya.
Tidak hanya sampai di sini, darah seni sang maestro dangdut yang mengalir pada dirinya terus dikembangkan. Sebagaimana kita tahu, Rhoma Irama dikenal masyarakat luas sebagai penyanyi dangdut, bintang film sekaligus mubaligh. Tampaknya, di usia yang masih belia ini, Adam sudah menunjukkan bakat dan potensi serupa dengan sang ayah. Terbukti, bocah yang dikenal supel kepada setiap orang ini mendapat tawaran untuk main film bertajuk pemanasan global atau global warming, yang saat ini menjadi isu terhangat di bidang lingkungan hidup. Sebuah rumah produksi bernama PT Airputih Abhimantra Media yang berlokasi di Bandung tertarik dengan figur Adam untuk menjadi pemeran utama dalam film dokumenter berjudul “Bumiku” dengan besutan stradara ternama Tonny Trimarsanto.
Adam sedang menghafal skrip di lokasi syuting
Menariknya, Adam dalam film kategori anak ini tidak memerankan karakter tokoh atau orang lain, melainkan menjadi dirinya sendiri, sehingga semua adegan dan dialog disesuaikan dengan profil keseharian Adam selama ini. Film yang juga merupakan program atau proyek dari Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) ini mengambil lokasi di dusun Kotakan Bakalan Kecamatan Polakarto Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah yang saat ini tengah dilanda kekeringan. Dalam proses pembuatannya, film dengan durasi 24 menit ini membutuhkan waktu pengambilan gambar selama 5 hari, 16-20 September 2011.

Dalang pemanasan Global
          Di dalam cerita film ini, peran utama dipercayakan kepada Adam dan Nada Zharfaina Zuhaira (12), yang menggambarkan dua karakter yang berbeda, yaitu profil anak kampung dan anak kota. Nada yang juga duta lingkungan hidup merupakan siswi SMP kelas 1, berasal dari Kota kembang, Bandung.
Adegan Adam saat pentas wayang beber
            Alkisah, Nada seorang pelajar yang mulai beranjak menjadi gadis remaja sedang berlibur ke rumah pamannya yang terletak di pelosok desa. Singkat cerita, Nada berkenalan dengan Adam yang dikenal warga kampung sebagai dalang cilik. Pada akhirnya, mereka saling bertukar pengalaman dan informasi. Sebagai anak kota yang asing dengan kebiasaan orang desa terutama budaya Jawa, Nada pun tertarik untuk belajar menari di sebuah sanggar dimana Adam pun sering berlatih dalang di sana. Sementara Adam justru terinspirasi dari pengetahuan Nada tentang perubahan iklim, yang akhirnya dia curahkan dalam bentuk gambar cerita wayang di atas kain. Gambar ini yang nantinya sebagai media cerita Adam pada waktu pementasan wayang beber di depan orang-orang kampung. Film ini syarat dengan pesan mulia kepada masyarakat agar mau merawat alam semesta dengan sebaik-baiknya. Kebiasaan sehari-hari yang bisa merusak sistem ekologi, baik secara langsung maupun tidak langsung harus dihindari, seperti pemakaian listrik yang berlebihan, penggunaan plastik, membuang sampah sembarangan, memodifikasi knalpot motor yang menghasilkan suara bising dan asap, serta menebangi pohon semaunya.
Adegan Adam dan Nada membuat souvenir dari bahan plastik
Film dan buku
            Sosialisasi tentang bahayanya pemanasan global yang bisa berakibat pada keberlangsungan kehidupan di bumi tampaknya menjadi persoalan serius bagi para aktivis atau lembaga peduli lingkungan hidup, termasuk DNPI. Oleh karenanya, bersamaan dengan proyek pembuatan film ini juga akan diterbitkan sebuah buku tentang pemanasan global. Nantinya, produk dari proyek ini berupa satu paket, yaitu dalam bentuk DVD film dan buku.
Adegan Adam dan Nada sedang menggambar wayang
            Rencananya, film dan buku ini akan dilaunching pada tanggal 9 November 2011 di  sebuah bioskop ternama di Jakarta, yang akan dihadiri oleh sejumlah pejabat nasional, seperti Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Pendidikan Nasional, jajaran pengurus pusat DNPI, para aktivis lingkungan hidup, serta pimpinan perusahaan-perusahaan besar yang relevan dengan isu lingkungan hidup. Kemungkinan besar, sang pemeran utama, yaitu Adam dan Nada juga akan dilibatkan pada acara launching ini. Buku dan DVD ini kemudian akan digandakan sebanyak-banyaknya untuk didistribusikan ke sekolah-sekolah dasar, sekaligus diselenggarakan pula workshop tentang lingkungan hidup untuk guru-guru. Dan untuk lebih membumikan  tentang pentingnya menjaga kelestarian alam kepada masyarakat , film ini juga akan ditayangkan di dua stasiun televisi nasional, yaitu MNCTV dan TVRI, tetapi belum bisa dipastikan jadwal siarnya.

Cerdas dan profesional
Adam bersama sutradara film, Tonny Trimarsanto
            Walaupun film dokumenter berjudul “Bumiku” ini merupakan debut pertama Adam dalam merambah seni peran, tetapi aktingnya di depan kamera layaknya aktor-aktor film di atas pemula. Perasaan gerogi dan nerves, ternyata sejak awal sudah bisa diatasi oleh Adam. Karena memang selama ini, seni peran sudah biasa dilakoni Adam, seperti saat main ketoprak, guyon maton, wayang orang, dan sebagainya.
            Kecerdasan dan profesionalisme Adam pada saat pengambilan gambar tidak dibantah oleh sang sutradara, Tonny Trimarsanto. Menurut Tonny, Adam memiliki bakat yang luar biasa dalam hak akting, memiliki karakter kuat, cepat dalam menguasai skrip, mampu beradaptasi dengan lawan main serta segenap kru film. Profesionalisme Adam juga ditunjukkan dengan rasa tanggungjawab yang tinggi untuk bersama-sama menyukseskan pembuatan film ini. Seperti, Adam selalu siap di lokasi syuting dan tampak serius dalam mengikuti adegan demi adegan. Padahal seusia Adam, biasanya agak susah dikendalikan dan lebih mementingkan bermain, ketimbang bekerja, ujar sineas muda berbakat yang sudah menghasilkan karya film lebih dari 30-an ini. (im@m)