Kamis, 14 Juli 2011

Adam dalam bidikan Koran Jitu

Suka Tokoh Anoman
Adam Gifari
TTL       : Surakarta, 13 September 1999
Alamat : Grogol, Embarkasi Haji, Boyolali
Ibu        : Gita Andini Saputri
Bapak : H. Rhoma Irama
KECIL-kecil cabe rawit, itulah sosok Adam Gifari. Sejak usia 3,5 tahun Adam sapaan akrabnya, sudah piawai memainkan wayang alias ndalang. Awalnya sih sepele.


Putra Raja Dangdut Rhoma Irama ini tertarik dengan wayang ketika diajak jalan-jalan ke sekaten dan melihat wayang. Setelah itu dia merengek minta dibelikan wayang dan minta dilatih menjadi dalang. Memang mengalir darah seni di tubuh Adam, tapi dia tidak mau mengikuti jejak sang ayah.


“ Saya nggak mau jadi penyanyi, biar Papa aja yang nyanyi. Saya ndalang aja,” katanya dengan senyum. Di Sanggar Seni Sarutomo, anak laki-laki yang hobi menggambar ini berlatih dalang.


Dia mengaku selalu berlatih dalang tiga kali dalam seminggu. Tak heran kalau dia hafal nama-nama tokoh wayang. Ketika ditemui di sekolahnya SD Al Firdaus Adam menyebutkan beberapa tokoh wayang. Kira-kira siapa yang jadi tokoh favoritnya ?


Cowok yang duduk di bangku kelas V ini mengaku tokoh pewayangan idolanya adalah Anoman. Kenapa Anoman ? “ Anoman itu ka yak pegadaian, mengatasi masalah tanpa masalah,” ujarnya.


Saat ini, Adam punya keinginan untuk meng-combain antara wayang kulit dengan wayang orang. Untuk dalang senior, Adam mengaku punya beberapa idola. Kalau dilihat dari sabetannya, anak pertama dari dua bersaudara ini suka dengan Ki Manteb.


Kalau dari kreatifitasnya dia suka dengan Ki Enthus. Nah, untuk Ontowecononya Adam sangat nge-fans dengan Anom Suroto dan Warseno Slank. Selama menjadi dalang, Adam mengaku tak ada duka yang pernah dia alami.


Walaupun kadang harus ndalang sampai semalaman dia tetap enjoy. Pentas yang paling berkesan baginya adalah ketika pertama kali dia manggung. Dia pun kerab pentas di beberapa tempat bersejarah.


Dan itu membuatnya bangga, selain pentas dia juga tambah pengetahuan. Saat acara pertemuan dalang dalang cilik se- Indonesia, anak yang pernah menggondol gelar juara dalam lomba dalang tingkat nasional ini diberi gelar Dalang Hangabehi.


Sebagai anak sekolah, gimana ya Adam membagi waktu antara sekolah, latihan, dan manggung? Selain cerdas, dia sangat pandai membagi waktu. Bahkan, dia sudah punya kiat biar sekolahnya nggak keteteran.


Yang penting makan dan istirahat yang cukup dan nggak lupa belajar tentunya. Meski sering manggung ke luar kota, tapi sekolah tetap menjadi prioritas utama buat anak yang punya pembawaan santun dan ramah ini. Nilainilainya pun selalu memuaskan.


Mungkin kerajinannya ini berkaitan dengan citacitanya. Mau tahu cita-cita Adam? “ Saya punya cita-cita jadi presiden yang pinter ndalang,” katanya polos. (uty)

ADAM RHOMA GEBRAK PENTAS WAYANG POS KOTA

JAKARTA (Pos Kota) - Raja dangdut Rhoma Irama, benar-benar mengalirkan darah seni kepada anak-anaknya. Selain Ridho Rhoma dan Vicky yang terjun ke dunia musik, seorang lagi titisan Si Raja Dangdut bernama Adam Ghifari yang memilih bergelut dalam dunia pewayangan.
Adam yang baru berusia 11 tahun, telah malang melintang menghibur dan berdakwah melalui kesenian wayang kulit. Berbagai prestasi telah diraihnya dalam bidang seni dan budaya, antara lain sebagai penyaji terbaik festival dalang cilik tingkat nasional tahun 2008, juara 1 festival kethoprak pelajar 2008 dan dinobatkan sebagai sang bintang pada ajang pencarian anak berbakat tingkat Jateng-DIY pada tahun 2010.
Kelihaian si dalang cilik berbakat ini akan kembali teruji. Adam akan berada satu panggung bersama dalang kondang Ki Enthus Susmono, di acara Wayangan Pos Kota, di areal sebelah Mesjid Akbar Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (18/6) mendatang.
Di pentas Wayangan yang digelar dalam rangka HUT ke-484 Jakarta itu, Adam akan membawakan lakon
Gatotkoco Jedi atau kelahiran Gatotka-ca. "Kehadiran Adam diharapkan menambah kepuasan pembaca Pos Kota dalam menyaksikan pementasan wayang bersama dalang Ki Enthus Susmono yang membawakan lakon Dewa Ruci," kata Toto Irianto, Ketua Panitia Wayangan Pos Kota, kemarin.(embun/rf/r)

Sumber: Harian Pos Kota

Kumbakarna Gugur Pesan keteladanan dari dalang idola

Penampilan fisik seseorang tak bisa untuk menilai sifat dan tabiatnya. Ada hal yang lebih penting sebagai cermin diri manusia, yakni hati.
Begitu pula dalam kisah pewayangan yang penuh dengan tuntunan dan petuah bijak warisan leluhur. Prabu Dasamuka, merupakan sosok jahat, yang digambarkan bertubuh besar dan berwajah sangar. Ia memiliki saudara, Kumbakarna yang memiliki postur tubuh tak kalah sangarnya dengan dirinya.

Fisik memang bisa saja sama, tapi hati seseorang siapa yang tahu. Lakon Kumbakarna Gugur, dimainkan apik oleh dalang cilik kebanggaan Solo, Adam Gifari, dalam Temu Dalang Cilik Nusantara IV 2011 di Taman Budaya Surakarta (TBS), Sabtu (9/7), dini hari.

Sebagai senopati dalam pertempuran, Kumbakarna memang maju berperang melawan Ramawijaya. Namun, niatnya berperang bukanlah untuk membela saudaranya yang jahat, Dasamuka. Ia hanya ingin membela tanah kelahirannya, Astina, agar tak dikuasai pihak lain dan tidak terjadi pertumpahan darah yang lebih parah.

Membawakan lakon yang baru kali pertama dimainkannya, peraih Juara I Pemilihan Anak Berbakat Seni se-Indonesia 2011 itu berhasil menampilkan lakon dengan penuh dramatik.

Meski salah satu telapak tangannya sakit dan dijahit, bocah kelahiran Solo, 13 September 1999, itu masih bisa memamerkan kekuatan sabetan-sabetan-nya. Sesekali melempar, memutar dan menangkap kembali wayangnya, tampak sangat ahli.

Sulukan-nya pun telah mampu menguasai suara tinggi dan lebih terbentuk, sehingga tak begitu terdengar warna suara kanak-kanaknya.

Mumpuni


Tak heran di pergelaran temu dalang cilik kali ini, ia kembali mendapat gelar Dalang Dadi, dalang yang bisa menguasai semua teknik.

Meski kemampuannya yang telah mumpuni, sebagai dalang cilik Adam memberikan contoh adegan-adegan yang penuh etika. Hal itu terlihat saat detik-detik tewasnya Kumbakarna. Dia membuat Kumbakarna meninggal dengan cara wajar.

“Biasanya saat akan tewas digambarkan satu per satu organ tubuh Kumbakarna dipotong dan terlempar ke mana-mana. Dari segi agama dan kesusilaan itu kan dilihat kurang baik. Tapi Adam menampilkan kematian yang normal,” ungkap ketua pelaksana acara, Mudjiono, saat ditemui Espos, di tempat sama.

Tak hanya itu, dalang yang pernah puluhan kali pentas itu kian menunjukkan kebolehannya berkreasi dengan menghadirkan dialog spontanitasnya nan dramatik. “Aku maju neng Palagan ora bebela kakangku, nanging aku ora trima yen utah getihku dijajah,” teriaknya dengan suara bergetar, untuk menunjukkan sifat ksatria Kumbakarna.

“Itulah Adam, ia memang selalu memiliki ide spontanitas di tiap pertunjukan. Kekuatannya dalam mengeluarkan unsur dramatik begitu lihai,” imbuh Mudjiono.

Meski tampil di bagian akhir dini hari itu, Adam tetap menjadi magnet tersendiri bagi para penonton. Terbukti, saat dalang cilik yang pernah berkolaborasi dengan Ki Enthus Susmono beberapa waktu lalu itu mulai memainkan wayangnya, puluhan penonton yang sudah terlihat mengantuk meringsek mendekati panggung. 


Sumber: Syahaamah Fikria, Harian Umum Solopos