Adam sedang bermain dengan sang ayah, H. Rhoma Irama |
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat kota Solo dan sekitarnya, terutama pecinta budaya dan kesenian Jawa, pastinya tahu sosok Adam Ghifari. Bocah multi talenta ini begitu cepat melesat popularitasnya melalui kepiawaiannya memainkan wayang kulit. Ya….dialah ki Adam Ghifari, dalang cilik dari kota bengawan. Bakat dan keahliannya dalam dunia pewayangan sudah tidak diragukan lagi. Bukan hanya kota Solo, bahkan kota-kota lain pernah ia singgahi untuk mengobati kerinduan para pecandu wayang kulit. Mulai dari Soloraya, Semarang, Salatiga, Pati, Malang, Purwokerto, Yogyakarta, Bekasi, Jakarta, dan kota-kota lainnya.
Sepulang sekolah, pertama kali yang dipegang adalah wayang |
H. Mudjiono, S.Kar, guru dalang Adam sejak kecil |
Tiada hari tanpa main wayang |
termasuk tokoh-tokohnya yang terpampang di sampul belakang. Dia pun dengan sangat cepat mulai menghafal tokoh-tokoh wayang tersebut. Nah, mulai dari sinilah, keinginan Adam untuk bisa main wayang alias menjadi dalang semakin kuat, dan semakin tidak terbendung.
Sebenarnya, di awal-awal sang ayah-bunda Adam Ghifari, yaitu H. Rhoma Irama dan Gita Andhini Saputri sempat bingung dengan tabiat Adam seperti itu. Maka, pernah pada suatu ketika, Adam dimasukkan kursus olah vokal atau bina vokalia kenamaan di kota Solo. Hal ini sangat lumrah, menilik sang ayah adalah maestro dangdut yang tentu saja darahnya mengalir jiwa seni, terutama dalam bidang tarik suara. Tetapi apa reaksi Adam saat itu? Di tempat kursus, dia tidak pernah serius memperhatikan pengajarnya, dia cenderung malas-malasan, bahkan memberontak. Akhirnya, dari mulut mungilnya tercetus……”Aku tidak suka menyanyi…aku ingin bisa main wayang…..aku ingin jadi dalang….!”
Sekitar usia 3,5 tahun Adam pentas |
Akhirnya, sang ayah-bunda mulai paham, kemana keinginan dan cita-cita Adam. Singkat cerita, pada awal-awal tahun 2003, Adam dipertemukan dengan guru dalang handal berasal dari padepokan sanggar seni Sarotama, H. Mudjiono, S.Kar. Melalui tangan beliaulah, bakat dan potensi Adam yang saat itu berumur 3, 3 tahun mulai diasah, dibina, dibimbing, dilatih dan dibentuk menjadi dalang cilik yang hebat. Di antara teman-temannya yang ikut latihan di sanggar tersebut, Adam-lah yang termuda. Tetapi, walau pun paling kecil, mental dan keberaniannya sungguh di luar dugaan. Dia juga secara cepat menyerap materi yang diajarkan oleh sang guru. Barangkali, darah seni sang raja dangdut yang menitis di tubuh Adam inilah yang membuat Adam, begitu cepat menguasai pelajaran pewayangan. Terbukti, dalam waktu dua bulan saja latihan, Adam sudah berani pentas.
Adam benar-benar melebur dan menyatu dengan wayang. Wayang adalah bagian hidupnya. Dengan main wayang, ternyata bisa jadi obat sakit bagi Adam. Pernah pada suatu hari, Adam sakit demam, tetapi dia nekad tetap latihan di sanggar. Aneh, rasa sakitnya seolah-olah tidak dirasakan, malah berangsur-angsur hilang, terbawa semangat Adam dalam memainkan wayang.
Saat adam beraksi dengan wayangnya |
Ternyata, tidak hanya terampil memainkan wayang saja, Adam pun lincah dalam memainkan kendang. Kemudian mulai merambah seni peran, seperti main wayang orang, kethoprak, dan guyon maton. Adegan dan dialog demi dialog dia kuasai dengan sangat apik, bahkan cenderung spontanitas, tanpa dibuat skrip terlebih dahulu. Ketika terjadi kevakuman pada sebuah adegan dengan lawan bicaranya, Adam lah yang memainkan peran sebagai inisiator untuk membuka dialog.
Adam berdakwah di depan rekan-rekannya di SD Al Firdaus |
Media Dakwah
Masyarakat tentu tahu, H. Rhoma Irama, ayahanda Adam dikenal sebagai musisi yang sangat religius, yang secara konsisten berdakwah melalui musik dangdut. Setiap lagu yang dikarangnya, selalu membawa nilai-nilai Islam. Selain itu, beliau seorang mubaligh sekaligus ulama panutan masyarakat. Prinsip-prinsip hidup inilah yang nampaknya diwariskan kepada Adam. Dengan profesi sebagai dalang atau menggeluti kesenian wayang, Adam, dalam setiap kesempatan pentas senantiasa menyisipi materi cerita dengan ajaran-ajaran Islam kepada khalayak. Seperti ayahandanya, Adam pun sering ditunjuk sebagai da'i cilik untuk memberikan ceramah kepada teman-temannya, bahkan kepada masyarakat umum. Kemampuannya sebagai da'i cilik tidak terbantahkan lagi, terbukti dalam setiap ajang lomba da'i cilik, Adam pun sering tampil menjadi juara.
Adam Gifari |
Di mata guru dan teman-temannya, Adam adalah anak yang sopan dan pintar bergaul. Ia pribadi yang menyenangkan dan penuh humoris. Maka tak heran, ia banyak mendapatkan teman-teman di berbagai lingkungan pergaulan. Dia juga tahu, kapan harus belajar, bermain, dan bercanda. Hampir semua teman-temannya di sekolah maupun di sanggar menyukai pribadinya. Walaupun Adam anak seorang selebritis terkenal, Adam sama sekali tidak menunjukkan kesombongannya. Dia lebih suka menjadi dirinya sendiri. Adam ingin mengukir prestasi dengan segala potensi dan kemauannya yang kuat, tidak semata-mata karena pengaruh nama besar ayahandanya.
Gubernur Jateng, Mardiyanto menyerahkan wayang ke Adam |
B. Catatan prestasi Adam
1. Juara II lomba Pidato Bahasa Jawa se-Kotamadya Surakarta dalam rangka Maulid Nabi yang diselenggarakan Depag Surakarta tahun 2005.
2. Pengalaman mendalang keliling Jawa tahun 2005 dalam pentas Wayang Kancil: Jogya, Salatiga, Surabaya, Jakarta.
3. Tahun 2005 pentas Exibisi Lomba Dalang Cilik se-Karesidenan Surakarta di Wonogiri.
4. Tahun 2006 pentas Exibisi Festival Dalang Cilik se-Jawa di PPPG Kesenian Yogakarta.
5. Tahun 2006 pentas Exibisi Dalang Cilik se-Kota Surakarta di Joglo Sriwedari.
6. Tahun 2007 pentas Duet 2 Kelir 2 Dalang: Pati, Malang, Wonogiri, Purwokerto.
Berfoto bersama Prof. Dr. Amien Rais |
8. Tahun 2007 sebagai pendukung kolaborasi wayang anak sebagai tokoh Guwarso dalam rangka Indonesia Permormance Art Marc di ISI Surakarta.
9. Pentas Wungonan Gubernur Jawa Tengah di Rumah Dinas Puri Gedeh Semarang
10. Temu Dalang Cilik II se-Jawa 2007 di Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
11. Pentas duet dalang cilik Ki Adam Ghifari dan Ki Amar Prodopo dalam acara Dasawarsa Yayasan Al Firdaus disaksikan oleh H. Rhoma Irama, Ki Warseno Slank, dan para pejabat Dikpora Solo
12. Pentas wayang Lintang Johar Minggu Kliwonan Februari 2008 di Sriwedari Solo
13. Meraih 10 besar festival dalang bocah tingkat nasional dalam rangka Hari Anak Nasional 23 Juli 2008 di Jakarta
14. Penyaji terbaik Festival Dalang Cilik tingkat Nasional di Jakarta 2008
15. Juara I Festival Ketoprak Pelajar Kota Surakarta 2008
16. Juara I Mendongeng berbahasa Jawa dalam rangka Dies Natalis UNS 2009
Adam diapit 2 dalang kondang, Ki Anom Suroto & Ki Manteb Soedharsono |
18. Pentas keliling Wayang Lintang Johar, 1 Mei 2010 di Mondokan Sragen
19. Pengisi acara talk show dialog interaktif di radio MTA FM Surakarta, 10 Mei 2010
20. Festival dalang cilik DIY, 25 Mei 2010 di UNY dengan predikat dalang favorit
21. Lomba dolanan anak-anak, 10 Juni 2010 dalam rangka Renaincance Kebudayaan di UNS Surakarta sebagai unggulan kedua
Adam beraksi di pagelaran wayang beber |
23. Pentas kolaborasi wayang beber karya Kang Dani Permana, dipimpin oleh Kang Joko Ngadimen dalam acara Kenduri Wayang, peluncuran Marsini Komunitas Budaya Pusat Pengembangan Keberagaman dan Kemajemukan Indonesia, 2 Desember 2010 di Grogol Sukoharjo
C. Prestasi dan penghargaan sebagai da’i cilik
1. Juara I lomba da’i cilik kota Surakarta 2008
2. Penceramah di berbagai acara, seperti pada seminar pendidikan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tahun 2010
Adam terima penghargaan dari Rektor UNY |
D. Prestasi dan penghargaan terbaru
1. Juara I sebagai sang bintang pada acara pencarian anak berbakat tingkat Jawa Tengah dan DIY yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun TV lokal tanggal 19 Mei 2010
2. Sebagai dalang bocah terfavourit dan terbaik untuk kategori sanggit pada acara Diesnatalis Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ke-46 pada tanggal 29 Mei 2010
Adam sabet juara I pencarian anak berbakat tingkat Jateng-DIY |
Adam bersama ayahanda |
Kata sang ayah
Setahu saya, Adam adalah seorang anak yang cerdas, dia dapat menyerap berbagai macam ilmu pengetahuan dengan cepat dan baik. Disamping itu, Adam cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Secara spesifik, ternyata Adam punya bakat dan kegemaran terhadap kebudayaan tradisional wayang kulit. Dan jelas bakat itu bukan faktor keturunan. Namun, dalam menjalani bakatnya sebagai dalang, dia juga memiliki rasa keagamaan yang sangat kuat dan pandai berdakwah. Saya selaku orangtua, tentu saja merasa bangga dan mempunyai kewajiban untuk men-support bakatnya secara moril/materiil sepenuhnya. (Solo, 1 Juli 2010 - Rhoma Irama)
Apa kata mereka?
Mamiek Prakoso (pelawak) |
"Adam, memiliki bakat seni yang luar biasa. Selain cerdas, cepat merespon, juga mampu berdialog dengan orang dewasa tanpa rasa canggung. Saya kira, Adam kelak menjadi seniman yang handal, yang mampu melestarikan budaya Jawa". (Mamiek Prakoso)
Ki Manteb Soedharsono |
"Sejak kecil, bakat Adam menjadi dalang atau seniman sudah terlihat jelas. Kemauannya juga sangat kuat. Dia juga cepat dalam menerima materi. Dengan kecerdasannya, pentas wayang yang dimainkan Adam, bisa lebih hidup dan menarik". (Ki Manteb Soedharsono)
H. Mudjiono, S.Kar |
"Saya sebagai guru dalangnya Adam sejak umur 3,5 tahun, sangat mengenal bagaimana Adam yang berbeda dengan anak sepantarannya. Dia anak tekun, cerdas, berani, dan cepat menguasai materi. Dia memang sudah jadi saat ini, sehingga dengan hanya diberikan stimulan saja, dia mampu mengembangkannya sendiri, bahkan lebih menarik dan menghibur". (H. Mudjiono, S.Kar)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussemoga bisa memberikan inspirasi kepada anak-anak bangsa lain...
BalasHapussemoga jadi presiden inndonesia yg ngabehi
BalasHapus